Translate

Selasa, 01 Oktober 2013

Kontroversi Partikel Tuhan


WASHINGTON - Higgs Boson atau Partikel Tuhan dikatakan sebagai elemen kunci dalam teori ilmuwan yang menjelaskan tentang semua hal yang ada di sekitar manusia. Partikel subatomik ini juga dipercaya sebagai kunci untuk memahami alam semesta.
Partikel subatomic
Dari riset pendahulu seperti itulah, tahun 1920-an diketahui bahwa inti atom tersusun dari dua partikel, proton dan elektron. Tahun 1932, fisikawan James Chadwick menemukan neutron, partikel bermassa sama dengan proton, tetapi tidak memiliki muatan listrik. Semula dikira itulah semua partikel elementer, yakni proton, neutron, dan elektron.

Berikutnya, ilmuwan mengetahui bahwa elektron merupakan partikel fundamental, jadi tidak ada lagi penyusun lain. Akan tetapi, proton dan neutron terbuat dari partikel lebih kecil, yakni kuark. Ada enam tipe kuark, dan hanya dua yang terkait dengan proton dan neutron.

Selain itu, juga ada penemuan neutrino dari proses peluruhan. Ada pula penemuan positron (atau antielektron) oleh Carl Anderson tahun 1932. Partikel eksotik lain juga ditemukan dalam sinar kosmik, termasuk muon dan pion.
Satu hal yang dipahami adalah semua partikel subatomik di atas tak bersifat fundamental, dan para ahli fisika yang meneliti ini mencoba mengembangkan model standar antara tahun 1960 dan 1980. Akhirnya disimpulkan, ada dua kelas partikel elementer yang menyusun semua materi di alam semesta, yakni lepton (termasuk elektron, muon, dan neutrino) dan kuark (ada enam tipe dan bergabung dua, tiga untuk membentuk partikel lebih berat seperti proton, neutron, dan pion).

Lalu, menurut perilaku statistiknya, semua partikel di atas jatuh ke dalam dua kategori, fermion dan boson. Fermion (dari nama fisikawan Italia, Enrico Fermi) adalah kuark dan lepton yang membentuk materi, sedangkan boson (dari nama fisikawan India, Satyendra Nath Bose) seperti halnya foton dikaitkan dengan gaya. (Lihat, misalnya, The Story of Science–From Antiquity to the Present, RR Subramanyam dkk, 2010, untuk rincian.)

Akhir misteri
Keberadaan partikel Higgs—dari nama pencetusnya, fisikawan Inggris, Peter Higgs—sudah diramalkan pada tahun 1960-an. Ia, seperti dituturkan dalam infografis Reuters yang menyertai artikel Dr Handoko, penting untuk menjelaskan mengapa partikel lain memiliki massa, yang bila dirunut lebih jauh terkait dengan pembentukan alam semesta.

Ramalan menyebutkan adanya medan tak kasatmata—yang lalu disebut medan Higgs— yang menembus seluruh angkasa, dan bahwa sifat-sifat materi dan gaya yang mengatur seluruh eksistensi kita berasal dari interaksi mereka dengan medan Higgs yang gaib tadi. Kalau saja besar, atau sifat medan Higgs beda, sifat alam semesta pun akan berbeda dengan yang ada sekarang, dan boleh jadi kita juga tidak ada untuk mengagumi semua itu (tulis Krauss dalam Newsweek, 16/7).
Atas dasar inilah CERN memburu partikel ini dengan memanfaatkan fasilitas (Large Hadron Collider (LHC) dalam naungan Proyek ATLAS yang dimulai musim semi 2009.
Oleh misterinya, juga oleh kedudukannya yang dipandang sentral dalam penciptaan alam semesta, partikel Higgs ini lalu—dalam bahasa kolokial—sering disebut ”partikel Tuhan”, dan muncul dalam buku fisikawan Leon Lederman yang terbit tahun 1994. Penemuan boson Higgs seperti membenarkan revolusi dalam pemahaman manusia tentang fisika fundamental dan membawa sains lebih dekat dengan zat supernatural di awal alam semesta, tambah Krauss.
Medan Higgs juga dipandang mendukung anggapan bahwa angkasa yang kosong sebenarnya mengandung benih-benih eksistensi kita. Dalam teori inflasi semesta yang dicetuskan oleh Alan Guth, ada medan serupa yang tercipta pada saat paling awal setelah Dentuman Besar yang menyebabkan semesta mengembang luar biasa cepat dalam sepertriliunan detik, di mana setelah itu energi yang ada dalam angkasa yang sepertinya hampa itu diubah menjadi seluruh materi dan radiasi yang kita saksikan sekarang ini.
Penemuan partikel Higgs di satu sisi menambah wawasan tentang fisika partikel, tetapi juga lebih jauh tentang kondisi awal alam semesta, dan lebih jauh lagi tentang penciptaan alam semesta itu sendiri.
Oleh Ninok Leksono
Dua kemungkinan tak mengenakkan dari hasil Large Hadron Collider: pertama, banyak fitur alam semesta kita, termasuk eksistensi kita, boleh jadi merupakan konsekuensi aksidental dari kondisi yang terkait dengan kelahiran semesta; yang kedua, bahwa menciptakan ”benda” dari ”nonbenda” tampaknya bukan masalah sama sekali... (Lawrence M Krauss, Direktur Origins Project, Arizona State University, ”Newsweek”, 16 Juli 2012).

Dalam Science Illustrated (7-8/12) dikemukakan ”10 Pertanyaan Sekitar Dentuman Besar”, di antaranya (nomor 4) ”apa yang menyusun semesta?”. Penemuan partikel Higgs membantu menjawab pertanyaan itu.

Fisika berutang kepada sosok seperti Richard Feynman, yang 60 tahun lalu mengembangkan teknik kalkulasi untuk meramalkan luaran eksperimen (Scientific American, 5/12), atau pada Satyendra Bose yang partikel boson-nya kini populer, tetapi sosok penemunya jarang disebut (Newsweek, 16/7).

Semua upaya itu selain untuk memahami fisika juga ditujukan untuk meningkatkan derajat insani, yang senantiasa haus untuk mengetahui segala ihwal yang terkait dengan eksistensi dirinya. Dalam konteks ini bisa dipertanyakan, sejauh mana kontribusi ilmuwan Indonesia?

Dilansir Indiatimes, Selasa (19/3/2013), ini adalah salah satu teori dasar fisika modern, yang juga disebut "teori hampir semuanya"."Hasil awan dengan data penuh 2012 adalah luar biasa. Bagi saya, ini adalah jelas bahwa kami berhadapan dengan Higgs boson, meskipun kami masih memiliki jalan panjang untuk mengetahui lebih rinci mengenai Higgs boson," jelas peneliti Joe Incandela.
Wikipedia menerangkan, Higgs Boson adalah partikel dasar masif hipotetis yang diperkirakan ada sesuai Model Standar (MS) fisika partikel. Keberadaannya diyakini sebagai tanda-tanda penyelesaian atas sejumlah inkonsistensi pada Model Standar.
Eksperimen untuk menemukan partikel ini sedang dilakukan dengan menggunakan Penumbuk Hadron Raksasa (LHC) di CERN. Boson Higgs adalah satu-satunya partikel dasar prediksi Model Standar yang belum diamati dalam eksperimen fisika partikel.
Partikel ini adalah bagian integral dari mekanisme Higgs, bagian dari Model Standar yang menjelaskan bagaimana sebagian besar partikel dasar yang telah diketahui memperoleh massanya. Teori yang tidak membutuhkan boson Higgs juga muncul dan akan dipertimbangkan jika keberadaan boson Higgs ditiadakan.
Teori-teori tersebut disebut sebagai model nir-Higgs. Sejumlah teori menyatakan bahwa mekanisme apapun yang mampu menciptakan massa partikel dasar harus tampak dengan energi kurang dari 1,4 TeV.

Oleh karena itu, LHC diharapkan mampu memberikan bukti eksperimental atas keberadaan atau ketidakberadaan Higgs boson. Terkini, CERN menjelaskan, setelah melakukan pemeriksaan, ilmuwan mengungkapkan bahwa data ini mengindikasikan dengan kuat bahwa ilmuwan telah benar-benar menemukan Higgs boson atau Partikel Tuhan.
Tanggal 4 Juli 2012 lalu, Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) dengan bangga menemukan partikel yang mirip dengan Higgs boson atau yang sering diistilahkan "partikel tuhan". Setelah menganalisis data secara cermat, CERN mengumumkan pada Maret 2013 bahwa partikel yang ditemukan tahun lalu memang Higgs boson. Namun, ternyata pekerjaan belum selesai.
"Upaya yang berujung pada penemuan boson baru bisa dibandingkan dengan lari cepat 100 meter. Mulai sekarang kami harus menganalisis karakteristiknya sehingga bisa membedakan antar-teori," kata Sergio Bertolucci, Direktur Riset dan Komputasi CERN.
CERN telah menghabiskan satu tahun ini untuk meneliti bagaimana Higgs boson bisa dihasilkan, peluruhannya, serta karakteristik spin-nya.

Hasil analisis CERN menunjukkan bahwa Higgs boson yang ditemukan konsisten dengan Higgs boson yang dideskripsikan dalam Model Standar Fisika Partikel, teori yang mendeskripsikan partikel-partikel fundamental, interaksinya, dan perannya di semesta.
"Bagi saya, sangat mengagumkan keakuratan prediksi Model Standar. Semua konsisten sekarang. Ini adalah pencapaian besar bagi teori itu," kata Nazila Mahmoudi, teoris di CERN, seperti dikutip Physorg, Jumat (5/7/2013).

Teori lain yang disebut supersimetri mendeksripsikan bahwa jumlah "partikel tuhan" tidak hanya satu, tetapi lima. Jika demikian, maka partikel yang dideskripsikan ini hanya salah satunya, masih perlu menemukan lainnya.

Analisis data hasil penelitian CERN terus dilakukan. Lebih banyak data akan diperoleh setelah tahun 2015, saat fasilitas Large Hadron Collider kembali diaktifkan. Pencarian belum berakhir.
Sumber

Utomo, Yunanto Wiji. 2013. Setahun Penemuan, Apa Kabar "Partikel Tuhan"?. [Online]. Available at: http://sains.kompas.com/read/2013/07/06/0722000/Setahun.Penemuan.Apa.Kabar.Partikel.Tuhan. [25 September 2013]

Luthfi, Ahmad. 2013. Mengenal Lebih Dekat 'Partikel Tuhan'. [Online]. Available at: http://techno.okezone.com/read/2013/03/19/56/777944/redirect [25 September 2013]

Wahono, Tri. 2012. Partikel Higgs dan Konsekuensi Ilmiahnya. [Online]. Available at: http://sains.kompas.com/read/2012/07/12/11190119/Partikel.Higgs.dan.Konsekuensi.Ilmiahnya  [25 September 2013]


Jules Verne, Bapak Fiksi Ilmiah


ANDA ingin “jalan-jalan ke Bulan?” berpetualang “ke dalam perut Bumi?” Atau mau “keliling dunia dalam 80 hari?” Jika tertarik mencoba semua perjalanan “mahal” ini tak usah pusing-pusing memikirkan bagaimana caranya. Cukup baca saja novel-novel karya Jules Verne maka dijamin anda sudah dapat menikmati semua itu. Jules Verne memang dikenal sebagai seorang penulis novel yang menceritakan perjalanan-perjalanan ke tempat eksotis. Beberapa karya tulisannya tersohor di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Atas sejumlah karyanya, Jules Verne bersama penulis terkenal Inggris, H.G. Wells dianggap sebagai Bapak Kisah/Cerita Fiksi Ilmiah.

Jules Verne juga dianggap sebagai seorang penulis yang telah mendahului zamannya. Hal ini karena dalam karya-karya tulisannya di pertengahan abad ke-18, di mana bahkan listrik belum ditemukan, Jules Verne telah menyebut-nyebut tentang kapal selam,
pesawat terbang, gedung bertingkat dan pendaratan manusia di bulan. Uniknya, walaupun sebagian besar hasil karyanya berkisah tentang petualangan-petualangan menarik ke tempat eksotis, Jules Verne tergolong orang yang jarang bepergian jauh. Walaupun demikian, terbukti hasil tulisan Verne telah menginspirasi ilmuwan modern menemukan sejumlah temuan penting dalam peradaban manusia.
Yuuk cari tau tentang Jules Verne…
Jules Verne lahir di kota Nantes, Perancis tanggal 8 Februari 1828 dari pasangan Sophie Henriette Allotte de laFuye dan Pierre Verne. Dia adalah anak sulung dari lima bersaudara. Masa kecil Verne dihabiskan di kota kelahirannya yang merupakan salah satu kota pelabuhan di Perancis. Saat melihat kapal laut lalu-lalang di pelabuhan, Jules Verne terinspirasi dan bercita-cita menjadi seorang petualang dan penjelajah. Namun setelah menyelesaikan sekolah menengah, Jules Verne diperintahkan ayahnya masuk ke perguruan tinggi untuk belajar ilmu hukum dengan maksud untuk meneruskan karir sang ayah sebagai seorang pengacara. Setelah meraih gelar sarjana hukum pada 1850, Jules Verne malah lebih tertarik pada dunia teater, drama dan opera. Dia juga makin tertarik menulis novel dan cerpen setelah membaca karya-karya Edgar Allan Poe.

Tahun 1857, Jules Verne menikah dengan seorang janda beranak dua, Honorine de Viane Morel. Untuk menafkahi keluarga pada masa itu, Verne yang belum mendapat penghasilan tetap dari karya-karya tulisannya, bekerja sebagai seorang pialang saham. Nasib kemudian mempertemukannya dengan seorang penerbit terkenal pada masa itu, Pierre Jules Hetzel yang juga telah mengorbitkan tulisan-tulisan Victor Hugo, Georges Sand, dan Erckmann-Chatrian. Sebelumnya karya-karya Jules Verne telah ditolak oleh sejumlah penerbit lain karena dianggap hasil tulisannya terlalu ilmiah dan kurang menarik dibaca. Berkat Hetzel, karya-karya Jules Verne dipoles ulang dan diberikan sentuhan menarik sehingga mudah dicerna. Dan sejak itulah karir Jules Verne sebagai seorang
penulis dimulai. Tahun 1863, karya Jules Verne Five Weeks in a Balloon diterbitkan. Diikuti kemudian dengan Journey to the Center of the Earth (1864), From the Earth to the Moon (1865), dan sekuelnya, All Around the Moon (1870). Selanjutnya Jules Verne menghasilkan The Adventures of a Special Correspondent (1872), Around the World in 80 Days (1873), The Mysterious Island (1875), The Survivors of the Chancellor (1875), Michael Strogoff (1876), dan Dick Sand: A Captain at Fifteen (1878).

Tahun 1886, Jules Verne ditembak oleh saudara sepupunya yang kurang waras dan menderita kelumpuhan hingga akhir hayat. Tahun 1888, Verne memasuki dunia politik dan terpilih sebagai anggota dewan perwakilan rakyat di kota tempat tinggalnya, Amiens, Perancis. Meskipun sudah terjun ke dunia politik, Verne masih terus berkarya dan menghasilkan Eight Hundred Leagues on the Amazon (1881), Robur the Conqueror (1886), Ticket No. 9672 (1886), Facing the Flag (1896), dan Master of the World (1904).


Karya-karya Jules Verne difilmkan.

Selama lebih dari 40 tahun berkarya Jules Verne menghasilkan setidaknya satu buah judul buku per tahun dan secara total jumlah karyanya ada 65 judul novel, 20 judul cerpen, 30 naskah drama, dan beberapa tulisan perjalanan yang semuanya ditulis dalam Bahasa Perancis. Dalam karya-karyanya terutama dalam cerita novel, Jules Verne menggunakan setting lokasi dunia nyata. Oleh karena itu dia sangat memperhatikan
detail geografis suatu tempat dan untuk mendapatkan keakuratannya, Jules Verne melakukan riset dari buku-buku referensi geografi. Itulah sebabnya novel-novelnya sangat populer di seluruh dunia dan jumlah terjemahan novelnya berjumlah 4162 terjemahan. Jumlah terjemahan novel terbanyak kedua di dunia setelah novel-novel karya Agatha Christie.

Beberapa karya Jules Verne juga telah menjadi sumber inspirasi para pembuat film seperti Georges Méliès (A Trip to the Moon, film tahun 1902), Karel Zeman (Vynález zkázy / The Fabulous World of Jules Verne, film tahun 1958), Walt Disney (20,000 Leagues Under the Sea, film tahun 1954), Henry Levin (Journey to the Center of the Earth, film tahun 1959), Irwin Allen (Five Weeks in a Balloon, film tahun 1962) dan tentu saja film yang akan membawa kita keliling dunia dalam 80 hari: Around the World in 80 Days (film tahun 1956) yang diproduksi kembali tahun 2004 dengan bintang-bintang Steve Coogan, Jackie Chan, Arnold Schwarzenegger dan Owen Wilson. Novel Around the World in 80 Days juga pernah dibuat dalam miniseri
TV yaitu Michael Palin: Around the World in 80 Days (produksi 1989) dan Around the World in 80 Days (produksi 1989) yang dibintangi oleh Pierce Brosnan sebagai Phileas Fogg. Selain film dan miniseri TV ada juga videogame berjudul sama yang diproduksi tahun 2005.

Nah, sekarang anda tinggal pilih mau menjelajah di bulan lewat “A Trip to the Moon”? Atau jalan-jalan keliling dunia lewat “Around the World in 80 Days”? Tidak ada yang tidak mungkin kaannn… Big Grin, Yahoo Smile, Jules Verne
Sumber :

Perambahan, Adnan. 2009.  Jules Verne, Bapak Kisah Fiksi Ilmiah. [Online]. Available at: http://www.asal-usul.com/2009/06/julesverne-bapak-fiksi-ilmiah.html [ 22 Juni 2012]

Undang-Undang ITE

Undang-Undang ITE